Profil

Selasa, 30 Desember 2014

Indahnya Bersyukur

IMAM Al-Ghazali menjelaskan bahwa cara bersyukur kepada Allah SWT terdiri dari empat komponen, yaitu:

1. Syukur dengan Hati. Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah,” (QS. An-Nahl: 53)
Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapa pun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan dan kasih sayang Allah sehingga terucap kalimat tsana’ (pujian) kepada-Nya.

2. Syukur dengan Lisan.
Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari Allah, maka spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah). Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap memuji Allah. Sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut hanyalah perantara yang Allah kehendaki untuk “menyampaikan” nikmat itu kepadanya.

“Al” pada kalimat “Alhamdulillah” berfungsi sebagi “istighraq” yang mengandung arti keseluruhan. Sehingga kata alhamdulillah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah S.W.T, bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya. Oleh karena itu, kita harus mengembalikan segala pujian kepada Allah.

Pada saat kita memuji seseorang karena kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan kepada Allah S.W.T. Sebab, Allah adalah Pemilik Segala Kebaikan.

3. Syukur dengan Perbuatan.
Syukur dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya. Misalnya untuk beribadah kepada Allah, membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya. Nikmat Allah harus kita pergunakan secara proporsional dan tidak berlebihan untuk berbuat kebaikan.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa Allah sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-Nya pada hamba-Nya,” (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr).

Maksud dari hadits diatas adalah bahwa Allah menyukai hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya. Misalnya: Orang yang kaya hendaknya membagi hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu membagi ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat, dsb. Maksud membagi diatas bukanlah untuk pamer, namun sebagai wujud syukur yang didasaari karena-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur),” (QS. Adh-Dhuha: 11).

4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan.
Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan. Misalnya: Ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit. Demikian pula dengan halnya dengan nikmat iman dan Islam, kita wajib menjaganya dari “kepunahan” yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan dan lemahnya iman.

Untuk itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan shalat, membaca Al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir dan berdoa. Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak iman seperti munafik, ingkar dan kemungkaran.

Intinya setiap nikmat yang Allah berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Allah S.W.T menjanjikan akan menambah nikmat jika kita pandai bersyukur, seperti pada firmannya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU), sungguh adzab-Ku sangat pedih,” (QS. Ibrahim: 7).

Keep Istiqomah :)
Semoga Bermanfaat :)

Jumat, 10 Oktober 2014

Hati dan pikiran

Hati dan pikiran itu ibarat stir mobil dan remnya. Keduanya saling membutuhkan dan berhubungan. Bagaimana tidak, jika hanya ada stir dan tidak ada rem maka mobil lepas kendali dan sulit untuk mengurangi kecepatan bahkan sulit untuk berhenti.Begitu juga jika hanya ada rem tetapi tanpa dilengkapi stir, bagaimana mobil bisa menentukan arah perjalanan.Keduanya arus bisa berkesinambungan, paham akan fungsi masing-masing. Tak jauh berbeda dgn hati dan pikiran tadi, ketika hati merasa maka kendalikan perasaan itu dengan pemiikiran yang bijak. Sabar, ikhlas dan rendah hati insyaAllah itu penawarnya. Masih ingat dengan lirik lagu ini ? "Jagalah hati, jangan kau kotori. Jagalah hati cahaya Illahi." Kendalikan perasaan yang ada dalam benak hatimu, yang mungkin mengganggu jalannya pikiranmu. Selalu berpikir positif dalam setiap perasaan mungkin itu akan lebih bijak. Jangan simpan perasaan-perasaan negatif dalam hatimu, ibarat 1 gelas berisi air jernih lalu kau masukkan 1 tetes tinta hitam. Air dalam gelas itu pasti akan keruh. Begitu juga dengan hatimu, jagalah kemurniaannya. Tetapi ingatlah ketika stir mobil dan rem itu bersama ada 1 lagi yang harus melengkapinya,yaitu kopling. Dengan kopling kita bisa mengendalikan kecepatan, seberapa cepat kita menempuh perjalanan. Tapi kembali lagi kopling itu hanya akan berfungsi ketika ada stir dan rem. Dan penegndali kecepatan dalam diri kita adalah Akhlaq. Kenapa Akhlaq ?? karena dengan akhlaq kita bisa bermain sistem kendali dalam diri pribadi kita sendiri. Seberapa jauh kita melangkah untuk melakukan sesuatu, akhlaq berperan penting didalamnya. Misalnya seperti ini, ketika hati kita merasa ingin mencapai sesuatu, otak kita berpikir bagaimana cara dan jalan untuk mencapainya. Tentu banyak cara dan banyak pilihan cara, ada cara A, B, C, D dst. Tetapi dari sekian banyak cara tidak semua cara bisa terdiri dari sebab dan akibat yang baik. Nah disinilah akhlaq berfungsi sebagaimana semestinya, ia kan menimbang, memperhatikan dan menyaring dari segala kemungkinan. Maka milikilah hati, pikiran serta akhlaq yang baik, agar jalan yang kau tempuh dapat mencapai tujuan yang baik dan hasilnya sesuai dengan apa yang kmau inginkan. Semoga bermanfaat, Jazakallah khairan :)

Kamis, 27 Februari 2014

Contoh Rancangan Bussiness Plan

BUSSINES PLAN
Smociie café and coffe shop



Disusun oleh :
Raymond Christian P                       13.02.8400
Agustinus                                          13.02.8421
Fajeri Listyorini                                13.02.8427
 Nur Taufik F M                                 13.02.8445
 Novel Adil Dwijaksana                     13.02.8458
 Astri Novia S                                     13.02.8466

Dasar Manajemen Bisnis
Program Diploma III Manajemen Informatika
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
Tahun 2013
www.amikom.ac.id